Pernah gak cekcok di sosial media hanya karena memperdebatkan calon presiden 2019?
Saya pernah. Dan hal itu, secara tidak langsung memunculkan perselisihan di dunia nyata. Pemilu 2019 sudah menjadi trending topik jauh-jauh hari sebelum waktunya tiba. Tapi yah itulah kehebatan sosial media. Informasi tiap detik yang kita terima tak bisa lagi dibendungi. Bukan hanya di ranah politik, aspek lain pun berlaku hal yang sama.
Penyebaran berita palsu ini dikenal dengan istilah hoaks. Munculnya beragam hoaks di sosial media memberikan dampak bagi pengguna. Salah satunya yah itu tadi percekcokan di sosial media akan argumen masing-masing, tak ada yang mau mengalah. Hingga kemudian netizen dijuluki mahabenar oleh pemberitaan di media. Gak enak kan dijuluki netizen mahabenar di sosmed, karena mau gak mau sebagai pengguna internet, kita pun terlibat di dalamnya. Nah bagaimana mengatasi masalah tersebut?
Budayakan Gerakan Literasi Digital!
Apa itu literasi?
Dikutip dari IIn Hermiyanto (Kompasiana) mendefinisikan literasi sebagai ketertarikan, sikap dan kemampuan individu yang secara menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membangun pengetahuan baru, membuat dan berkomunikasi dengan orang lain agar dapat berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat.
Singkatnya, literasi digital adalah kemampuan, kesadaran, dan respon seseorang terhadap informasi yang diakses melalui internet.
Era milenial ditandai dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, perbahan life-style yang bergantung pada teknologi dan informasi, menjadikan penyebaran hoaks di era ini semakin mudah. Dilansir dari Tirto.id menyatakan bahwa 91,8% adalah hoaks terbanyak yang diterima netizen dalam aspek politik.
Sementara itu, saluran penyebaran berita hoaks terbanyak ada di sosial media.
Nah bagaimana caranya membudayakan literasi?
Dimulai dari kebiasaan. Kebiasaan adalah pangkal dari budaya. Sebelum membudayakan literasi digital, tentu dimulai dari diri kita sendiri, membiasakan menelusuri informasi yang diterima sebelum menelannya bulat-bulat.
Baca juga: Suara Pemuda Makassar: Mari Bersosial Media dengan Bijak
Saring sebelum sharing. Istilah ini sangat sederhana tapi memiliki makna yang mendalam. Tanpa disadari, terkadang di sosial media kita ingin menjadi yang pertama memberitakan sesuatu. Sehingga membuat kita lupa untuk menyaring semua berita yang diterima. Kasus ini mengingatkan saya akan nasib seorang pemuda dari India yang meregang nyawa hanya karena disalahberitakan oleh warga setempat. Masalahnya cuma satu, netizen menyebarkan berita palsu tanpa menyaring kebenarannya di sosial media, akibatnya pemuda tersebut meregang nyawa. And you can see, pemuda asal India tersebut ternyata sangat dermawan. Hufttt satu nyawa melayang hanya karena hoaks. Ini baru sebagian kecil dampak negatifnya.
Banyak ngobrol alias diskusi. Ada satu fenomena yang menurutku aneh dan sedikit membuat saya risih. Meski kenyamanan di era milenial memudahkan segala aktififas, ada satu hal yang menjadi fakta miris. Yaitu kurangnya interaksi terhadap sesama di dunia nyata. Kebayang gak kalau ngumpul sama teman terus diam-diaman dan fokus sama gadget masing-masing? Ukhhh sebenarnya saya juga gitu, itu kalau semua fokus ke gadget yah mau diapa lagi. Tapi, setelah menyadarinya, saya merasa kebiasaan ini buruk bagi dunia sosial. Kurangnya interaksi terhadap sesama sehingga mengurangi aktifitas ngobrol, terkadang menyempitkan wawasan yang kita miliki. Bener gak?
Yuk manteman mari kita sama-sama membudayakan literasi digital, agar kita gak tergerus oleh bahaya berita hoaks di sosial media. Sharing yuk pendapatmu di kolom komentar.
Terima kasih 🙂
Aku jadi pejuang literasi digital dengan memerangi hoax yang bertebaran di grup keluarga dan sekolah, Mba.
Hadeeeh, kadang capek dan kesel banget, gemes gitu, apa susahnya cek ricek dulu sebelum share. Giliran dibilang hoax, langsung cling! Ngilang dan hening -____-
Nah kejadian pas di Group WA ada yang sharing musibah JT610 dijadiin jokes aku langsung tegur klo mau sharing disaring dulu suka kesel banget deh mba nemuin yg begini belum lagi nyebarin berita hoaks juga dan mon maaf yg suka share beginin itu adalah emak2 sedih banget :((
masa mba? waaa baru tau saya, kok bisa ya?
Semua nya benar banget literasi digital dibutuhkan apalagi buat emak2 garis keras yg suka sar ser cepet banget
hii itulah pentngnya kita ikut membudayakan literasi yah mba 🙂
Kudu hati2 ya jaman sekarang mah krn erseliweran kabar hoax dimana mana
Yang gemes itu jaman sekarang, pas kita dapat BC lalu ada bantahan eh ga lama keluar lagi bantahan atas bantahan yg katanya hoax. Lalu keluar lagi bantahan atas bantahan hoax yang katanya juga hoax. Jadi mana yg bener coba?
naah ini jadi dilema banget, kemarin pas musibah gempa di Palu, ada yang BC videonya nah dikira hoax pdhl itu benar
Btw, selaim hoax masih ada lg yg hrs diperangi saat ini, game azab-azaban. Heuheu
emang ada mba? waa kasian banget yah azab gtu dimainin
Belakangan ini sering bgt terjadi, sharing berita tanpa menyaring dan membacakan dulu isi beritanya apa. Pdhl belum tahu berita itu beneran terjadi apa enggak.
Miris
Aku setuju banget sama poin saring dulu sebelum sharing. Diskusi juga sama pentingnya. Zaman sekarang emang harus bijak bersosial media.
Cekcok ttg capres pernah banget, di tahun 2014 itu lebih tepatnya. Sama pacar pula, dan dia yg lbh bnyak ngajari aku sih buat lebih banyak membaca,jgan mudah kemakan hoax cari tau dlu di situs terpercaya.
yang penting gak sampai putus mba hhhh, ini yang bahaya ada berita katanya suami istri cerai hanya karena persoalan ginian
Baca ini aku jd suka gemes sama ortu sendiri, karena apa2 di share 🙁
mungkin mba bisa blng secara baik2 sama ortunya 🙂
Jaman sekarang hoax memang ada di manaa-manaa ya mba. Kadang ngga habis pikir sama yang buat beritanya. Dan bener, sekarang jarimu harimaumu
Bener mba dimulai dari jari kita ya.. bijak bersosmed jangan sampai ikutan menyebar berita yang belum tentu benar
Jempolmu harimaumu, jika tak ingin tergelincir di dunia maya, maka saring sbeelum sharing
Kadang kita bukan takut salah karena itu perbuatan yg ga bener atau ga tapi lebih takut diviralin sama netizen wkwkwkwkwk
Kalo aku termasuk yang males nyebar2 info hoak. Jarinya udah capek buat nulis blog wkwk
Kecepatan jempol mengetik emang kadang lebih cepat daripada otak untuk berpikir, hihi…
Ngeri ya nasib pemuda India itu, bikin nyesek juga. Aku sering ngasih info di WAG keluarga, misal ada yg sebar berita Hoax.
Melelahkan jika berdebat untuk hal yang kita gak paham. Kalau mau debat kudu yang berfaedah dan jangan lupa lihat berbagai sumber kebenarannya
Aku biasanya nggak pernah mba sampe berdebat paslon di medsos. Skarang aku makin hati hati menggunakan medsos
Iya mba. Kalau ngumpul suka sibuk sama hapenya dewe dewe. Kadang sampe kita sengajain hape dibukanya kalo ada telp ajaaa
Bener banget nih mba. Kita kudu saring sebelum sharing. Beberapa temen saya suka sharing informasi di Facebook yang sumbernya juga ngga jelas.
Sekarang tuh orang mudah banget kirim-kirim info di grup tanpa cek dan ricek kebenerannya, saya suka bingung, kadang yang kirim berita tuh berpendidikan tinggi mungkin memang mesti leibh aware dengan masalah hoax ya
saya klo isu yg lagi hot, malas nanggepinnya, sukanya diskip. takut rusuh siih.. paling lihat2 doang sekilas.
wajib banget itu fikir dulu sebelum ngeshare, apalagi yg bisa menimbulkan keributan, mending diam aja deh biar bisa jadi emas *eeh
Nah, setuju nih. Jangan asal main share aja. Banyak yang masih baca judulnya aja udah langsung share. Dibaca dulu, trus disaring, baru dishare
Setujuuu…ini penting sekali. Jangan sampai kita asal sebar saja tanpa cek n ricek dll..
“saring sebelum sharing”, biar gimana juga buat seorang blogger harus banget nih mengetahui faktanya terkait artikel yang akan ditulis. Jangan sampai akhirnya artikel berbasis opini tanpa dasar.
Perbanyak berinteraksi di dunia nyata ya mbak, dan tentunya saring sebelum sharing 🙂
Kalau lagi kumpul tetep megang gadget, yang kebayang itu adalah…
Mungkin dia lagi dikejar deadline.
Hahha~
Jadi aku selalu maklum dengan kehidupan jaman sekarang yang mendekatkan yang jauh tapi malah menjauhkan yang dekat.
hahah, semenjak aktif bloggin, aku kadang mikir gitu mba, mungkin dia lagi deadline. Tapi, sayang juga sih kalau menjauhkan yang dekat, hikss.
[…] Baca Selengkapnya […]