Judul: Melodi Pertama dan Terakhir
Penulis: Irene Rifdah Inggarsari, Dewi Nuraziza, Rima Aryandiri, dkk.
Penerbit: WA Publisher
Tahun Terbit: Desember 2016
ISBN: 978-602-604-948-3
BLURB
Aku masih mengingatnya dengan jelas. Bagaimana kamu membuka matamu, memandangiku sejenak, lalu turun dan tersenyum padaku. Jabatan tanganmu tidak akan ku lupakan. Aku jatuh cinta untuk yang pertama kalinya. Dan setiap kali aku melihat senyummu aku semakin jatuh, jatuh berulang kali padamu. Karenamulah aku bisa membuat melodi ini, nada ini, dan mempunyai angan bahwa suatu hari laguku akan meraihmu. Terima kasih, telah menjadi seseorang yang membuatku jatuh cinta dan merasakan perasaan damai ini. ~Irene Rifdah Inggarsari
Sekuat apapun menahan seseorang, bila akhirnya ditakdirkan tak bisa bersatu, apa yang bisa kulakukan selain melepasnya. ~Dewi Nuraziza
_________
Best poem from this book
Mendekapmu seperti mendekap angin
Menggenggammu layaknya menggenggam air
Mengharapakanmu sama halnya mengharap batu berubah buih
Mendambamu semacam mendamba sesuatu yang tak pasti
Seperti membayangkan nol itu tidak kosong
Dan aku hanya bisa jadi bayangan yang mengikutimu
Aku hanya sang debu dan kau adalah benda berharganya
Jika hati ini terbuat dari baja tak apa jika aku hanya jadi bayangan
Kenyataannya tidak demikian, hati ini begitu rapuh
Tergores sedikit akan menyebabkan luka
Dan mengharapkanmu hanya membuat luka di hati
Jadi untuk terakhir dan pertama kali aku akan menghentikan mimpiku
Mimpiku tentangmu
Tak masalah menghentikan satu mimpi
Karena masih banyak mimpi yang lebih berarti daripada mengharapkan luka darimu .~Cinta dalam Diamku by Nida Rafa Arofah
How the story?
Halo sobat Ainhy, sudah pernah ngerasain jatuh cinta untuk yang pertama kalinya belum? Siapa dan seperti apa cinta pertamamu? *kok aku kepo sih, hehehe.
By the way, kali ini aku baca kumpulan cerpen dengan judul Melodi Pertama dan Terakhir. Asiknya baca buku ini karena mengangkat satu tema, yaitu cinta pertama. Kalau nggak kuat baper mending jangan baca deh.
Di buku ini, ada 39 cerpen dari penulis yang berbeda-beda. Sekilas info nih sobat Ainhy, salah satu cerpen dalam buku ini adalah karyaku.
Buku ini hasil lomba dua tahun lalu. Alhamdulillah cerpenku diterima. Percaya deh saat nemu bagian cerpen yang aku tulis langsung diskip, soalnya rada malu baca tulisan sendiri yang sedikit alay, hahaha.
Meskipun satu tema, tentu saja nggak semua kisahnya sama. Cinta pertama mungkin ada yang terbalaskan pun ada yang nggak terbalas. Ada juga kisah yang mengalami cinta pertama pada pandangan pertama. Salah satu favoritku di buku ini berjudul Reuni Membawa Petaka oleh Dini Ratna Rahayu. Gaya penulisannya kocak abis plus kisahnya yang lucu meski sebenarnya miris. Kenapa? Karena cinta Ainun ke Zainuddin tak terbalaskan.
Ada lagi cerpen yang buatku jleb. Judulnya Puisi dibalik Cermin. Ini kisah seorang ibu yang menyimpan cermin bertahun-tahun hingga suatu hari anaknya nggak sengaja mecahin cermin itu. Alhasil, sebuah fakta terungkap. Sang anak mempertanyakan siapa pemilik puisi dibalik cermin itu. Mungkinkah ibunya telah mengkhianati ayahnya? Tentu saja tidak. Kenangan pada cinta pertamalah yang mengungkap semua fakta hari itu.
Baca Juga: Keindahan dan Keagungan Perempuan
What makes you interesting?
Baca cerpen itu gak ada bosan-bosannya bagiku. Why? Kan cerpen bacanya nggak terlalu lama mengikuti alur, kurangnya kadang di ending cerita pembaca digantung oleh penulis 😂
Hal yang menarik di buku ini yah tentu saja temanya. Cinta pertama. Bikin baper? Tentu saja. Aku yakin semua orang pernah menyukai seseorang. Entah itu terbalaskan atau hanya terpendam.
Whats the message?
Ada satu kisah disini yang buat aku terharu. Seseorang yang kehilangan cinta pertamanya tepat sebulan sebelum dia menikahi gadis itu. Kehilangan orang yang paling dicintai tentu menoreh luka di hati. Namun, sebelum waktu itu tiba, gunakan waktu itu sebaik-baik mungkin dengan orang yang kita cintai.
Dan lagi, jangan pernah pendam cinta itu sendirian. Entah terbalaskan atau tidak, itu nggak masalah. Biarkan dia tahu perasaanmu, sebelum semuanya berakhir dengan penyesalan.
“Tetes demi tetes air hujan yang penuh kenangan, melahirkan indahnya sang pelangi yang membias di angkasa, melukiskan segala indahnya kenangan yang memancar, membuat semua orang iri akan indahnya cinta pertama…”