“Dear anakku… Jika kelak Tuhan memberikan kita kesempatan bersama di dunia ini, mudah-mudahan kau membaca tulisan-tulisan receh dari ibumu sebelum melahirkanmu ke dunia ini. Ketahuilah, dibalik penantian akan kehadiranmu ada celotehan manis dan pahit yang dikecap oleh ibu dan ayah…”
Jika ada pasangan yang usai menikah menikmati kebersamaan entah itu honeymoon atau liburan, maka tidak denganku. Setelah seminggu menikah, terpaksa kami harus berpisah sementara, kalau bahasa kerennya sih LDM (Long Distance Marriage).
Suami yang berkerja di Kalimantan dan hanya memiliki cuti beberapa hari mau tidak mau harus kembali. Sementara aku yang tinggal di Sulawesi, mesti harus menyelesaikan beberapa hal sebelum ikut suami ke Kalimantan.
Awalnya, aku menganggap LDM itu biasa-biasa saja, toh aku dan suami sebelum menikah juga hanya bertemu dua kali dalam dua tahun sebelum menikah, jadi aku berpikir sudah terbiasa terpisah jarak.
Nyatanya, setelah suami kembali ke Kalimantan, rasanya seperti kehilangan sesuatu yang amat sangat menghilangkan keseimbangan diri. Mungkin sedikit lebay, tapi itulah yang kurasakan. Hingga urusanku selesai, akhirnya bisa menyusul suami walaupun lebih cepat dari perencanaan sebelumnya hahaha.
Seperti itulah sepenggal kisah manis sebelum kehadiran calon bayi dalam rahimku.
Dari awal pernikahan, kami memang tidak berencana untuk menunda-nunda momongan. Jika memang sudah dikasih sama Tuhan, alhamdulillah. Kami biarkan waktu mengalir seperti air.
Jujur saja, awal kedatanganku di Kalimantan membuatku harus beradaptasi dengan lingkungannya yang tentu saja jauh berbeda saat di Makassar. Di sini, seperti suasana di kampung halaman, jauh dari hiruk piruk kota. Sementara di Makassar, aku terbiasa berinteraksi dengan banyak orang, mengikuti event-event blogger dan komunitas. Di sini, semua dimulai dari nol kembali.
Saat suami berangkat kerja, aku benar-benar merasa kesepian, tak ada teman bicara, dan belum ada kenalan. Diam-diam kuadukan perihal kesepianku pada Tuhan. Berharap mengaruniaku momongan agar kelak ada yang menemaniku di rumah.
Saat bertanya kepada suami perihal momongan, dia juga memiliki harapan yang sama. Ingin segera memiliki momongan. Kebetulan saat itu bertepatan di bulan ramadhan, sekitar awal bulan 5 aku menyusul suami di Kalimantan, tapi pada saat itu aku sedang berhalangan/haid. Mama sempat bercanda, katanya aku bakal cepat dapat momongan. Tapi, kuabaikan saja celotehan mama, dan belum terlalu berpikir jauh.
Aku dan suami memanfaatkan waktu-waktu terbaik di bulan ramadhan, kami berdoa bersama-sama dan mengharap diberikan momongan. Sekali kutatap mata suami, harapannya begitu dalam. Sebagai seorang isteri tentu ini menjadi kebahagiaan tersendiri, namun di sisi lain aku merasa cemas, bagaimana kalau aku belum dikasih momongan? apalagi aku pernah mengalami riwayat haid yang tidak beraturan.
Antara harapan dan kecemasan itulah, hampir setiap hari aku membuka YouTube. Mencari informasi tentang kehamilan, tips-tips dan tanda-tanda kehamilan. Ada informasi menyenangkan yang kudapat pun ada yang kurang mengenakkan hati, seperti tanda-tanda atau penyebab susah memiliki momongan. Namun, ketika suami membaca kecemasanku, dia selalu menguatkan, memberiku nasihat, bahwa jika kita memang layak diberi momongan, Allah swt. pasti akan memberikan karunia-Nya.
Baca Juga: Harapanku di Bulan September Sebagai Calon Ibu
Tanda-tanda kehamilan beberapa hari sebelum lebaran idul fitri
Sebenarnya, belum ada tanda-tanda yang berarti di bulan ini. Namun, karena terlalu antusias menanti momongan, hal-hal terkecil apapun dalam diriku selalu kukait-kaitkan sebagai tanda kehamilan. Duh, pede banget yah. Padahal belum juga genap tinggal sebulan bareng suami hahaha.
Saat itu, aku cegukan beberapa kali, dan tidak hanya sehari saja, aku mengalami cegukan beberapa hari. Sempat juga, aku merasa dilanda rasa malas yang teramat sangat dan mood-moodtan. Lagi-lagi aku searching di YouTube perihal tanda-tanda tersebut. Dan ada salah satu vlog yang membuatku girang banget.
Katanya, cegukan bisa menjadi salah stau tanda awal kehamilan, begitupun dengan perubahan hormon yang membuat kita mood-moodtan. Hanya saja, tanda-tanda ini kecil kemungkinannya bisa menjadi bukti bahwa kita hamil.
Saat kuceritakan pada suami perihal cegukan, suami hanya menanggapinya biasa-biasa saja, katanya itu hanya kebetulan. Hmm.. sejenak aku meragukan juga tanda-tanda itu. Dan karena belum puas, akhirnya aku searching lagi di YouTube tanda-tanda kehamilan yang dialami. Namun, semua vlog yang aku nonton membuat nyaliku ciut, tak ada satupun tanda yang pada umumnya dialami ibu hamil yang kurasakan, seperti mual-mual dan muntah, tidak menyukai bau tertentu, dan lain-lainnya. Hanya cegukan itu yang entah disebut di salah satu vlog sebelumnya sebagai tanda.
Maka, aku menepis semuanya. Kembali seperti sediakalanya, namun harapanku tetaplah membara seperti sebelumnya, begitupun suami yang selalu optimis dan easy going.
Bulan ramadhan pun berlalu, ada banyak doa yang kami gantungkan disetiap sujud. Berharap, harapan terbesar kami memiliki momongan segera terwujud.
Dan tibalah hari dimana waktu haid seharusnya tiba, namun aku menunggu selama beberapa hari tak kunjung haid. Mungkinkah ini pertanda….? tidak…tidak.. aku nggak boleh terlalu girang lagi. Harus kupastikan dulu.
Kuceritakan perihal terlambatnya waktu haid ke suami, ada binar bahagia di matanya. Malah, langsung ingin dibelikan tespek, padahal waktu itu masa haidku baru telat 3 hari. Bukannya aku ragu atau tak ingin mendapatkan kabar bahagia, namun sebelum menikah aku pernah punya riwayat sering terlambat datang bulan, kecemasanku menciptakan phobia tersendiri.
5 hari telah berlalu. Rasanya tak sabar ingin segera tespek. Begitupun suami yang ingin segera mengetahuinya. Aku segera searching lagi di YouTube, kapan waktu terbaik melakukan tespek?
Rata-rata jawaban yang kucari mengatakan ada baiknya tespek seminggu setelah telatnya haid, malah ada yang menyarankan lewat 10 hari. Eh tapi ada juga testimoni dari salah seorang vlogger yang katanya tespek 3 hari saat telat haid.
Tidak mau mati penasaran, aku langsung saja memakai tespek yang dibelikan suami pagi harinya, toh nggak perlu menunggu seminggu kalau mau tespek. Dan….hasilnya….. negatif! Tapi aku baca itu positif! yang sebenarnya negatif. Kok bisa? yaah namanya juga pertama kali tespek, mesti sudah baca petunjuk karena tergesa-gesa aku membaca itu garis dua, yang seharusnya garis pertama yang berpisah jarak cukup jauh dari garis kedua bukanlah garis yang menandakan kehamilan, tapi batas mencelupkan tespek di kandung kemih! how fool i was in that time hahaha.
Tapi, yang lebih lucunya lagi, saat lagi girangnya memperlihatkan hasil tespek ke suami dan berkata, abi… lihat! ini garis dua!!! spontan dong suami berucap syukur dan tentu saja ngasih peluk dan cium wkwkwkw.
Beberapa jam kemudian setelah memastikan lagi hasil tespek dengan benar dan menanyai salah seorang kawan, aku baru tersadar jika itu hasilnya negatif. huhuhu… pengen nangis rasanya.
Perasaanku campur aduk, sedih, kecewa dan malu. Iya malu… malu sama suami karena seolah memberi harapan palsu. Saat suami melihat ekspresiku, tak ada binar kecewa di matanya, malah ia menguatkanku. Duh senengnya, disaat seperti itu, suami selalu berpikir dewasa.
Seminggu telah berlalu, aku pun belum haid. Ingin tespek tapi kecewa, tidak tespek, mati penasaran. Duh dilema banget! Berkat dorongan suami, aku tespek lagi, dan ternyata hasilnya negatif. Oh my God… aku speechless waktu itu. Selain tanda telat haid yang kualami, tak ada tanda-tanda lain seperti mual apalagi muntah, semakin membuatku berkecil hati.
Dua minggu telah berlalu, aku pun belum haid, Tak ada lagi keinginan yang menggebu-gebu untuk tespek, namun suami selalu memberikan semangat. Akhirnya aku mencoba lagi tespek dengan merek yang berbeda dan sedikit lebih mahal. Kali aja kalau pake tespek yang berbeda dari sebelumnya jauh lebih akurat.
Pagi-pagi sekali aku bangun dengan harapan kali ini hasilnya bisa positif walau sebenarnya rasa cemas tetap saja menguasai pikiranku. Tapi, suamiku kok enteng-enteng banget yah. Tak ada ekspresi kecewa yang terlihat, pun tak pernah melontarkan kalimat pesimis, malah mulai hari pertama aku tespek, suami selalu berceletuk,
“Udah mi, jangan terlalu dipikirkan, aku yakin kok, kamu itu positif hamil.”
“Ih kok bisa seyakin itu sih, kan sudah ada hasilnya negatif!”
“Lah, jangan berkesimpulan dulu umi, percaya deh kalau positif hamil. Sabar-sabar aja…”
“Ih kok yakin banget sih aku positif hamil!”
“Yakinlah sayang, kan aku ayahnya!”
Aku sempat tertawa mendengar kalimat terakhirnya.
Usai tespek yang ketiga kalinya, alhamdulillah muncul dua garis. Meskipun yang satunya sangat samar, tapi menurut artikel yang kubaca, katanya itu positif hamil walau satu garis terlihat samar. Dengan perasaan yang sangat bahagia, kuperlihatkan hasil tespek pada suami. Sebuah senyum manis darinya hari itu telah menguatkan batinku agar siap menjadi seorang ibu.
Dan selanjutnya, masih banyak drama usai memeriksakan diri ke Puskesmas, eitsss ceritanya di next postingan yah. Terima kasih sudah membacanya hingga akhir.
“Begitulah nak, awal kisah kami menanti kehadiranmu di dunia ini….”
[…] pribadi setelah mengetahui positif hamil anak kedua ketika anak pertama saya bahkan masih merangkak, jujur perasaan saya saat itu bercampur […]
Senangnya Uda dapat baby,aku Uda 2 taun nikah belum juga,brp banyak tespek yang aku pake tetep negatif. Aplg aku abis opname Krn maag kronis jadi kdg aku blg “sudahlah” dan harus disembuhkan dulu maagnya
Tetap semangat yah kak, dn jgn pernah putus harapan 😊
Sabar mba Ainy…. Mudah” an berita hamilnya bawa kebahgiaan yaaa…Amiin
Amiinn, mksh kak 😊
Istilahnya LDR kqlau nikah jadi LDM 😀 ,
Ada sahabat yang menantikan kehamilan, sampek trauma takut untuk tespek
hahaha iyya kak
Waahhh, haru, seru, lucu hehee buat pengalaman bagi yg singelillah spt aku loh mbak 😁
Hahahha iyya mba 😊
Hahah urusan test pack ini memang bikin galau banget ya. Baru telat saja sudah menimbulkan geer plus khawatir bakal kecewa bercampuk aduk, hehe.
Jadi ingat masa 7 bulan setelah menikah, saya sering mengalami kejadian tarik ulur buat TP, haha. Tapi pada akhirnya selama 7 bulan itu saya cuma dua kali TP. Karena waktu TP pertama hasilnya negatif jadi setelahnya gak berani coba lagi sampai benar2 yakin kalau saya benar2 telat karena hamil. Dan pas tahu hamil juga reaksi suami gak seheboh yang gimana gitu, hehe.
Hahaha jd gitu yah mba, seru klu udah dikenang
Alhamdulillah… semoga Mbak dan jabang bayinya selalu sehat. Insya Allah kita hamil di bulan yang sama. Akhir Agustus kemarin saya baru ngecek juga, dan Alhamdulillah, hamil.. Saya pun awalnya enggak mau test pack, takut hanya telat haid. Tapi suami yakin banget. Dan Alhamdulillah, positif.. Semoga ktia dan jabang bayi yang masih di dalam rahim selalu sehat. Aamiin aamiin..
Amiinn Ya Rabb, smga lncr hingga persalinan 😊