Jalan menuju padaNya itu banyak. Dan, sebelum menempuh jalan kebenaran, terkadang seseorang harus nyasar dulu.”
~Ainhy Edelweiss~
Minggu, ialah hari yang sangat istimewa bagi pekerja yang terikat di hari senin-sabtu, memiliki banyak pekerjaan menumpuk, tekanan yang kian menjadi-jadi, tapi ada juga yang biasa-biasa saja atau kalau sedikit beruntung, pekerjaan itu bisa jadi bagian petualangan hidup yang luar biasa.
Minggu bagiku adalah hari bebas melangkahkan kaki kemana saja. Apalagi kalau itu ditunjang oleh finansial yang cukup. Hari ini, aku memilih nyasar ke Paradigma Institute, adalah sebuah komunitas literasi yang memberikan wadah bagi siapa saja yang ingin menjadi penulis.
Aku mengikuti kelas menulis angkatan ke-5 oleh Paradigma Institute. Pertemuan pertama hari ini adalah pengenalan tentang Paradigma Institute. Ternyata, komunitas ini sudah ada sejak tahun 1994. Wouw ! Masih proses perpindahan dari alam rahim ke alam dunia saat itu.
Sesi orientasi dibawakan oleh kak Muhajirin selaku ketua kelas angkatan ke-5. Sejauh yang aku tahu, beliau adalah pegiat literasi sekaligus wartawan di Kalaliterasi. Selain kak Muhajirin, sesi tersebut juga diisi oleh kak Zulham, mirip banget dengan Maman Suherman salah satu penulis favoritku. Nah beliau inilah penanggung jawab Komunitas Paradigma Institute, telah menerbitkan karya-karya tulis salah satunya Tutur-Tutur Jiwa.
Ada satu peristiwa menarik sebelum sampai ke Paradigma. Karena tidak bisa mengendarai motor, maka total aktifitasku di luar bergantung penuh sama driver online. Kalau gak ada teman yang bisa dinebengin, yah pasti ke driver online. Di era milenial ini tentu ada banyak hal-hal positif yang bisa mempermudah segala aktifitas salah satunya dengan adanya driver online.
Nah sebelum sampai ke lokasi, aku nyasar. Yah bagaimana tidak, om google kali ini tidak akurat soal detail lokasi, jadi driver onlinenya bingung apalagi aku (yang memang paling susah hafal jalan). Aku nyasar di jalan buntu di Alauddin 2, untung saja pak driver online orangnya sabaran. Jadi, aku telpon deh pihak Paradigma jelasin tempatnya. And guess what, aku jadi yang terakhir datang sebelum kelas orientasi dimulai. Kebayang gak jadi pusat perhatian gitu. But well, lest forget about it.
Nah di sesi orientasi tadi, kak Zul menjelaskan soal literasi. Ada yang sangat menarik dari penjelasan beliau yang dapat kupetik. Bahwa, menulis dan membaca adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan ibarat nih yah dua sejoli yang tak bisa berpisah sedetik pun #eaaa
Mengutip dari ucapan kak Zul, bahwa maqom tertinggi dari menulis dan membaca adalah karena kebutuhan jiwa. Jiwa seperti halnya dengan raga. Jika diisi dengan makanan bergizi, maka hasil yang diintrepretasikan oleh raga dan jiwa juga hal-hal yang bergizi. Nah di era milenial ini kita dihadapi oleh satu persoalan yang sangat serius yaitu Hoax.
Maraknya hoax dapat menjadi penyakit dikalangan sosial karena, hoax dapat memberikan dampak negatif. Salah satunya menyebarkan berita-berita palsu yang kemudian dianggap kebenaran oleh masyarakat. Bersosial media di era milenial adalah hal yang sudah menjadi kebutuhan, informasi yang bergulir tiap detik, harus disikapi dengan bijak. Dengan membaca dan menulis, merupakan langkah awal dalam menyikapi Hoax itu. Dan yang paling penting dari kelas literasi oleh Paradigma Institute, adalah mencetak generasi yang bisa menjadi penulis.
Aku menyimak sekaligus berkhayal. Kenapa berkhayal? Yah imajinasi mengantarkanku pada satu mimpi bahwa suatu saat nanti aku adalah seorang penulis dan paling tidak, aku memiliki 1 buah buku yang akan terpajang di Paradigma Institute, amin.
Baca Juga: Mari Bersosial Media dengan Bijak
Minggu kali ini cukup berkesan, walau ada rasa sedih. Kenapa? Karena saat ini saudara-saudara kita di Sulteng bagian Donggala, Palu, Mamuju dan sekitarnya sedang dalam musibah. Gempa dan Tsunami tanggal 28 September menjadi berita duka yang amat mendalam. Aku dan teman-teman memiliki keluarga yang belum tahu bagaimana kondisi keluarga di sana. Mudah-mudahan Tuhan Pemilik Alam Semesta memberikan kemudahan dan ketabahan kepada saudara-saudara kita. Amiin.
Sekian dulu yah tulisanku, kalau ada manfaatnya silahkan dipetik layaknya buah semangka yang menyegarkan setiap dahaga. Jika ada buruknya, itu tidak terlepas dari kekurangan penulis blog ini. 😊
______
Makassar, 30 September 2018
Picture taken by kak Muhajirin