Review buku Rumah Bambu- Ketika berada dalam situasi yang paling sulit, hingga membuat kita tak punya pilihan lain selain menempuh pilihan yang ada dan “hanya” melalui pilihan tersebut kita mampu bertahan mengaruhi kehidupan, akankah kita tetap memilih jalan tersebut?
Aloha sobat,
Setelah sekian lama tak membaca buku di aplikasi iJakarta karena, aplikasi tersebut hang di hape, maka saya uninstal app tersebut.
Tapi, saya kembali menginstal aplikasi iJakarta, selain mengetes kembali apakah app-nya masih eror atau sudah membaik, saya juga harus menyelesaikan satu lagi tantangan menulis 10 tema di blog.
Tak butuh waktu lama mencari buku yang menarik minat saya di iJak, karena memang banyak koleksi buku di aplikasi perpustakaan digital tersebut.
Setelah scroll down beberapa menit, saya tertarik melihat cover buku yang berjudul RUMAH BAMBU.
Design bukunya menarik minat saya untuk membaca sinopsis buku tersebut. Kesan rumah bambu yang begitu sederhana dan bermakna. Memandangi cover rumah bambu, saya teringat kehidupan orang-orang ‘terpinggirkan’. Mungkinkah buku ini bercerita tentang kisah orang-orang pinggiran?
Baca juga: The Orange Girl
Setelah memantapkan hati ingin membaca buku ini, hanya sekali klik, buku Rumah Bambu sudah ada di list bacaan saya.
Saya mengira buku ini adalah sebuah novel, nyatanya Rumah Bambu merupakan kumpulan cerpen yang berusaha dikumpulkan oleh pegiat sastra, sebut saja Joko Pinurbo dkk., kabarnya buku Rumah Bambu merupakan karya pertama dan terakhir yang dicetak, benarkah?
Tak ingin terburu-buru membaca kumpulan cerpen yang terdiri dari 20 judul cerpen tersebut, saya membaca kata pengantar dan tentang penulis yang diceritakan dalam buku Rumah Bambu.
Rupanya saya tergelitik akan cerita tentang sang penulis. Sebut saja Romo Mangun, begitulah nama panggilan sang penulis.
Dikatakan bahwa Romo Mangun memiliki kepedulian dan kecintaan terhadap anak-anak gelandangan, bahkan ketika sang penulis gelisah, ia biasa berputar 15 kali di mejanya sebelum makan. Tentang sang penulis ini, saya jamin sobat setelah membacanya di pengantar Rumah Bambu, sobat akan penasaran dengan sosoknya.
Baca juga: ORIGIN, Darimana Kita Berasal?
Saking penasarannya, saya mencari tentang penulis di wikipedia. Dan benar saja, beliau bukan orang biasa. Romo Mangun dikenal sebagai rohaniawan, budayawan, arsitek, penulis, aktivis, dan pembela wong cilik (wikipedia).
Tak hanya sampai di situ, saya membaca tentang Romo Mangun melalui website Tirto.id, sebagai aktivis, Romo Mangun tak hanya membela dan menata rumah warga di pinggir Kali Code, ia juga turut membela warga yang menjadi korban penggusuran Waduk Kedung Ombo pada 1986.
Sekilas, seperti itulah sosok sang penulis Rumah Bambu.
Buku ini begitu asyik dibaca disela-sela jam sibuk atau menemani akhir pekanmu sobat. Kisah 20 cerpen dalam Rumah Bambu ‘menggelitik’ kita yang saat ini hidup di era digital yang serba instan dan penuh hegemoni.
Selamat membaca 🙂
Penulis: Y.B. Mangunwijaya
Penerbit: KPG (Keperpustakaan Populer Gramedia)
Penyunting: Joko Pinurbo, Th. Kushardini
Perancang Sampul: Boy Bayu Anggara
ISBN: 978-979-91-0462-5
My Rate: 4/5
Sampai sekarang saya masih merasa nyaman kalau pegang langsung bukunya, gak kuat kalau harus baca di layar hp.
Kalau baca di layar hp gitu sih senangnya ya cerita-cerita traveling di blog. Yang ringan-ringan aja. Bukan cerpen atau sejenisnya.
wow rohanian , arsitek , penulis, keren bangettt ya beliau
sebagai penulis sudah klop memang latar belakangnya
pasti buku2nya selalu best seller
saya ingat pernah ikut acara konferensi internasional mengenai interfaith dialogue and cooperation with Romo Mangun..He is really one great person!
aku belum pernah baca di aplikasi ijakarta, ini aplikasi ios atau android mbak? jadi pengen ikutan baca cerita rumah bambu ini nih..
Oh…nama penanya Romo Mangun itu yaa…
Saya beberapa kali mendengar kiprah beliau di dunia kepenulisan, tapi aku pikir genre tulisannya semacam self development.
Hihi…ternyata cerpen yaa…
Penasaran cerpen2nya kyk apa? Pastinya sarat filosofi gtu ya mbak kalau dilihat dr nama penulisnya.Udah lama gak baca bacaan kyk gtu. Coba ntr liat2 jg ah di aplikasi iJak 😀
Jadi penasaran sama bukunya mba, tapi memang benar aku tuh kalo beli buku baca rangkuman belakangnya dulu..
Aku suka baca buku digital juga, jadi pengen intal iJakarta. Semoga free haha. Kalau sudah instal aku tertarik sama buku ini terutama karena yang menulisnya adalah senior dalam sastra.
Baru tau ada apps ijakarta. Beda ya anak muda mah betah baca lewta screen. Ini saya udah ga kuat kl terlalu lama depan screen 😂😂😂
Grup DTT pernah bahas buku ini nih. Aku ingetnya romo Mangun romo Mangun. Eh buku ini apa bukan ya?
Hmmm… Aku malah jadi penasaran sama sosok sang penulis, Romo Mangun. Hehehe. Kayaknya buku Rumah Bambu ini menarik juga untuk dibaca. Makasih rekomendasinya.
Oh jadi Rumah Bambu ini isinya kumpulan cerpen ya jadi punya cerita yang banyak ya. KOk sayang banget sih bukunya jadi yg pertam adan terakhir dicetak.
Covernya lucu ya, soal baca di gadget aku dlu sering sih. Eh tyta mata ini skrg udh g kuat, jd mmilih baca buku cetak
Aku hobi baca tp bbrp waktu ini drama Korea Mengalahkan keinginan bacaku. Smoga bs istiqomah ah sehari baca lima lembar aja hehe
amiinn 🙂
Jarang banget kumpulan cerpen. Entah kenapa, kadang cerpen bisa berbekas lebih lama daripada novel. Iya, Mbak. Cover-nya menarik. Saya kebayang Jepang-jepangan.
kumpulan cerpen ya…
jadi ingin baca nih, apalagi setelah tau tentang penulisnya 😀
Aku baru tahu ada aplikasi iJak ini, Mbak. Kapan-kapan aku download deh. Karena kebetulan ini buku fisik masih banyak yang belum kubaca. PR banget soalnya. Beli buku mahal-mahal tapi nggak dibaca.
Wah jadi penasaran apalagi ini cerpen jd ga terlalu berat, klo novel sy agak susah krn tipe yg ga sabaran pengen tau endingnya hasilnya seharian bs hanya baca doang heu banyak yg terbengkalai jdnya
Baru tahu nih tentang iJak, jadi pengen download juga biar bisa banyak baca buku dari sana, termasuk Rumah Bambu ini juga.
Thanks ya Aini 🙂
Romo mangun memang sosok yang inspiratif yang patut di contoh .
Kesederhaan ,kepedulian ia lakukan demi orang yang terpinggirkan.
Awalnya tak pikir Rumah bambu itu juga novel kak ternyata kumpulan cerpen yo.Semoga aja ini bukan karya terakhir beliau ya.
Aku sempat download dulu aolikasi iJakarta waktu dikasih tau Alm Arie Goiq pas launchingnya. Ternyata masih ada ya aplikasinya sekarang, mau aku coba download lagi deh.
Ainhey ternyata suka melihat cover bukunya juga ya, aku juga begitu kalau menarik baru aku baca sinopsinya sebelum baca keseluruhan.
Aku lagi butuh cerpen cerpen nih mba. Udah lama nggak membaca cerpen dan alhamdulilah ada rekomendasi ini Makasih yaa
Saya nungguin cerita rumah bambunya Mba hehe. Sifat penolong Romo Mangun patut terus dipelihara n dikloning ya Mba. Banyak pemerhati sosial yg tetap harus terus hadir d tengah masyarakat
Sneak Peak yang sukses membuat saya tergugah juga untuk membaca buku “rumah bambu” prolognya juga bikin penasaran ish, bagaimana gambaran penulis yang peduli terhadap orang-orang yang terpinggirkan.
Saya masih penasaran sama isi buku Romo Mangun. Rumah Bambu…. berkisah atau menggambarkan tentang apa ya?
Eh kirain tulisan ini sinopsis bukunya, ternyata tentang penulisnya toh..
Saya sekarang udah jarang baca buku atau tulisan yang panjang. Kebanyakan sih baca blog manteman aja, yang paling standard sampai 1000 kata. Hehe…
Penulisnya YB Mangunwijaya. Penyuntingnya Joko Pinurbo. Sudah terbayang bakal terjadi semburan kalimat-kalimat sastra yang elok didalamnya. Terima kasih sudah meresensi. Aku turut merasakan manfaat bersihnya Kali Code karena rumahku dekat situ meski tidak pas di bantarannya.
Kalo saya sendiri kebetulan penikmat baca buku print out ,karena bisa dikoleksi. Kalau buku soft atau e-book cocoknya di baca di tablet, ipad, atau bahkan di gadget khusus baca buku namanya “Kindle”. Pernah dgr ngga kak? Boleh nih di ulas ttg pengalamn ,mmbaca menggunakan Kindle untuk artikel selanjutnya… ^^
Btw sy jg penikmat buku cerita fiksi kak… boleh nih untuk ulasan selanjutnya adalah resensi dari buku Rumah Bambu ^^
Aku baca beberapa novel Romo Mangun, dulu dimuat di Kompas juga
Joko Pinurbo juga cukup terkenal ya, aku belum pernah baca tulisan dia sih
Ooh buku yang berisi cerpen-cerpennya Romo Mangun?
Tentang apa saja yang beliau bahas di cerpennya, Aini?
udah sering dengar ttg romo mangun tp belum pernah baca bukunya. kayaknya harus nyoba baca nih
Dari dulu saya penggemar karya-karyanya alm Romo Mangun. Burung-burung Manyar, Durga Umayi, dan Pohon-pohon Sesawi adalah beberapa karya yang saya favoritkan dari beliau. Duh jadi pingin cari, di mana mi saya simpan buku-buku lamaku itu? 😀
Romo Mangun termasuk tokoh lintas agama yang punya dedikasi tinggi pada masalah sosial dan peduli pada kaum marginal
entah kenapa sejak ada Netflix aku jadi gak suka baca, baik di handphone ataupun bukunya langsung
wah ini kumpulan cerpen toh mb asik nih jarang2 baca buku beda2 cerita skublbh suka macam novel 😬😬
profil penulisnya lebih menggelitik rasa penasaran nih buat kenal lebih dekat dengannya
Tergantung pilihannya apa. Jadi gimana situasi dan kondidi juga. Seperti apa ya isi buku Rumah Bambu?
astaga, dirimu baru tahu tentang Romo Mangun? Hahaha
dalam dunia budaya bahkan arsitektur, beliau ini panutan banyak orang. dedikasinya yang besar sangat menginspirasi.
bahkan dua anaknya juga jadi seniman besar di Indonesia.
tapi sukurlah sekarang sudah tahu hahaha
Heheh iyah kak, alhamdulillah berkat iJak app dan bukunya sy jdi penasaran dgn beliau. Duhh, klu soal tokoh2 panutan sastra dn arsitek sy masih kurang memang.
20 cerpen dalam 1 buku. masukin dalam list bacaan ah. Terima kasih rekomendasi bukunya kakak
Sama2 kak 😊
saya termasuk yang tidak suka membaca buku di Hape, cepat lelah matanya.
Dulu saya juga install aplikasi baca iJakarta. Tapi karena sering hang jadi di uninstall. Sayang banget karena di sana banyak buku-buku bagus. Sekarang sudah mulai bagus ya mbak?
Mengenai buku kumpulan cerpen rumah bambu, pastinya menarik banget. Jadi pengen ikutan baca
Sebut saja Romo Mangun, kesannya gimana gitu padahal penyuka sastra Indonesia tentu sangat akrab dengan nama ini. Juga, sebut saja Joko Pinurbo’. Btw, dari ulasan ini saya tidak menemukan alasan lain mengapa saya harus membaca buku ini. Tak ada paparan mengenai isi bukunya.
Gitu yah kak, makasih koreksinya 😊
Wah…. sepertinya bagus ya bukunya. jadi ingin baca
Saya selalu penasaran sama buku bergenre fiksi. Mungkin karena saya memang suka baca buku fiksi. Tapi di sini bukan bukunya yang bikin penasaran, melainkan aplikasi iJakarta nya. Eh kemana saja yah saya selama ini?
Ulasannya lebih ke penulis ya, jadi bingung mau komentari isi buku Rumah Bambu ini seperti apa. Tapi kalau ngomongin tentang penulisnya. Saya juga suka kepo sama penulis yang tulisannya menarik perhatian saya. Ya, sekarang gampang mau kepoin penulis, tinggal buka google saja kalau dulu mah cukup puas saja dengan biodata yang ada di lembar terakhir bukunya hehe
Jadi kepo dengan “Rumah Bambu”. Tapi lebih suka dengan versi cetak, adakah? Kalau baca online kurang sukak, karena mata jadi pedih juga sih lama-lama menatap layar gadget, hehehehe
Jadi inget jaman muda dulu sering banget belanja buku yang isinya kebanyakan novel dan cerpen. Selama ini kebanyakan nulis aja, Kalaupun belanja buku ya borongnya buku anak, hahah. Baca artikel ini bikin saya kangen baca – baca novel lama saya deh, hehehe. Thanks for sharing yaa 🙂
ih mbak, kok postingnya tentang penulisnya aja sih, kan saya jadi penasaran sama isi bukunya hehe…
Ada versi cetaknya nggak ya kira-kira?
Maata suka pedes kalau lama-lama baca tulisan di layar hp
Romo Mangun dulu pernah nulis buku apa itu ya yang terkenal, kalo nggak salah burung-burung manyar ya.
Dari judulnya aja, rumah bambu, jadi penasaran dengan isi bukunya.
Samaan mbak, kalau aku baca buku pasti baca pengantarnya juga dulu. Biar lebih berasa meresapi gitu, hehehe.
Soal baca buku di smarphone aku belum pernah loh mbak, hahaha. Ketinggalan banget ya. Tapi aku masih suka beli buku soalnya 😀
Hai Ainhy salam kenal ya 🙂
Rekomendasi dong, buku bagus yang bahasanya agak komedi gitu. Semenjak jadi emak-emak, baca buku kok berat banget ya di mata, kecuali kalo bahasanya agak kocak, baru deh mata bisa diajak baca buku bareng 😀
Hahaha bukunya raditya bagus kak