“Kunci untuk kehidupan yang baik bukan tentang memedulikan lebih banyak hal; tapi tentang memedulikan hal yang sederhana saja, hanya peduli tentang apa yang benar dan mendesak dan penting.” Hal. 6
Disadari atau tidak, kita sering memedulikan banyak hal. Semakin kita peduli dengan banyak hal, misalnya memikirkan mengapa tetangga membeli kulkas lagi, mengapa teman sebangku kuliah gue terlambat hari ini, mengapa baju gue modelnya gini, mengapa doi kurang perhatian dan bla…bla..bla.. mengapa oh mengapa arghhhhhh!!!!
Tak bisa dimungkiri bahwa hal-hal tersebut menjadi tamu dalam pikiran kita baik diundang ataupun tidak. Dan, hasilnya, memedulikan banyak hal malah membuat pikiran stress, kehidupan jadi kurang terarah dan mudah emosi. Hal demikian, dikatakan Mark Manson, bahwa untuk memiliki kehidupan yang baik, kita gak harus memedulikan banyak hal. Namun, hanya memedulikan apa yang paling penting.
Baca Juga: The Symbol, Fakta atau Mitos?
Ketika menjelang wisuda, gue memikirkan banyak hal. Tentang pekerjaan, standar kelulusan, saat wisuda harus dirayakan bersama keluarga, dan paling frustasinya tentang jaminan masa depan. Gue care dengan banyak hal tersebut, namun bukan kebaikan yang gue dapat malah rasa frustasi. Gue kadang nanya, mengapa?
Dan setelah membaca buku Mark Manson, gue tau apa yang salah dari cara berpikir gue.
Omong-omong, jadi curhat nih. Well, langsung bahas bukunya aja yah.
“Nilai yang kita pegang menentukan ukuran yang kita gunakan untuk menilai diri kita sendiri dan orang lain.” Hal. 93
Sebuah Seni Bersikap Bodoh Amat adalah buku Self-Improvement yang menurut gue antimainstream. Buku ini ditulis oleh seorang blogger ternama, Mark Manson. Diadaptasi dari buku dengan judul asli The Subtle Art Of Not Giving A f*uck, buku ini menjadi buku terlaris versi New York Times, Globe, and Mail. Di Indonesia, buku ini baru diterjemahkan pada awal 2018. Sebagai pembaca, gue sangat tertarik dengan judulnya yang menggelitik.
Baca Juga: Belajar Meresensi Buku di Paradigma Institute
Mengapa antimainstream? Biasanya kebanyakan buku self-improvement memberikan tips dan trik untuk menjadi sukses, metode-metode rahasia dan jitu melejitkan potensi, dan sebagainya. Well, hal-hal seperti itu gak ada salahnya memang, namun terdengar klise. Tapi, yang satu ini beda. Awal membuka bagian pertama, gue tergelitik dengan judulnya, Jangan Berusaha? What? Aneh buku ini, kok melarang kita berusaha. Ternyata, pas gue baca isinya menarik.
Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita terjebak oleh hal-hal yang menuntut kita menjadi perfect. Pengaruh social media dengan beragam iklan kecantikan misalnya, mau gak mau menanamkan paradigma kepada masyarakat tentang standar kecantikan itu sendiri. Sehingga, kita terdorong untuk mengikuti tren masa kini. Akibatnya, kita gak pernah menyadari kelemahan dan kekurangan kita.
Contoh lain misalnya, kita selalu memberikan afirmasi positif kepada diri sendiri, bahwa semuanya baik-baik saja, padahal semuanya benar-benar tidak baik-baik saja. Hal tersebut, membuat kita lari dari kenyataan dan membuat imajinasi mengingkari perasaan kita. Bagaimana kata Mark Manson? Hal tersebut adalah lingkaran setan yang berulang-ulang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari dan pada akhirnya kita terjebak.
Bersikap bodoh amat?
Perlu digaris bawahi bahwa kata bodo amat menurut Mark Manson adalah memandang tanpa gentar tantangan yang paling menakutkan dan sulit dalam kehidupan dan mau mengambil suatu tindakan. Bodo amat dengan standar kemapanan seusai wisuda dan bisikan-bisikan tetangga, asal gue berani berusaha dengan apa yang gue sukai dan yakini.
“Kebahagiaan datang dari keberhasilan untuk memecahkan masalah”
Buat kamu yang sedang mencari buku self-improvement, buku ini bisa menjadi referensimu. Selain antimainstream, motivasi yang diulas oleh Mark Mansion, adalah hal-hal kecil dalam hidup yang sering terabaikan.
Selamat membaca 🙂
Judul Buku: Sebuah Seni Bersikap Bodoh Amat
Penulis: Mark Manson
Penerbit: Grasindo
Cetekan ke IX: September, 2018
ISBN: 978-602-452-698-6
Reader: 17th ke atas
My Rate: ❤️❤️❤️❤️
Saya sudah menerapkan jurus “Bodo Amat” sejak bertahun-tahun silam. Tidak tidak sedikit pulang yang menilai tindakan bodo amat itu tidak sesuai dengan budaya indonesia yang katanya ‘harus ramah” dan bodo amat tentu saja tidak termasuk daftar sikap ramah. Betapa senangnya saya, serasa didukung sama Mark Manson, hahahha. Jadi penasaran pen baca bukunya. Sapa tau bisa dioper-oper #eh modus 😂🤣
Sukaa..aku jadi pengen baca
Ayuk kk