Sinopsis:
Naina Mathur, seorang guru lulusan S2 di bidang Sains, mengidap penyakit Tourette Syndrome. Sejak kecil, Naina dikeluarkan puluhan kali di sekolah karena cegukan yang tak bisa dihentikannya. Namun, salah satu sekolah akhirnya menerima Naina hingga dapat menyelesaikan pendidikannya. St. Norker’s memiliki kepala sekolah yang menginspirasi Naina untuk terus berjuang tanpa harus malu dengan penyakitnya. Bagaimanakah kelanjutan kisah Naina mewujudkan mimpinya?
My Review
Film Hichki diadaptasi dari buku Brad Cohen dengan judul Front of the Class: How Tourette Syndrome Made Me the Teacher I Never Had. Brad Cohen dibesarkan di Missouri, mengidap penyakit Tourette Syndrome, membuatnya terisolasi oleh lingkungan di sekitarnya. Perjuangannya melawan Tourette Syndrome menjadi kisah inspiratif.
Diadaptasi dari kisah nyata Brad Cohen, Film Hichki hadir dengan nuansa baru. Diperankan oleh artis Bollywood, Rani Mukherji, tentu membuat film ini semakin menarik perhatian penonton. By the way terkesan formal yah padahal cuma mau mereview ala-ala gue, wkwkw.
Tapi, film ini beneran inspiratif banget. Kebayang rasanya punya cegukan yang gak bisa berhenti? Saat nonton film ini, aku jadi teringat momen di mana dulu waktu masih sekolah, aku pernah cegukan di dalam kelas. Saat itu, suasana kelas lagi hening-heningnya, maklum ada guru yang lumayan dikenal galak di sekolah. Dan dalam momen hening tersebut, tiba-tiba aku cegukan. And guess what, seluruh teman-teman di kelas itu tertawa. Semua perhatiannya mengarah padaku. Yah tentu saja aku malu, tapi aku hanya membalasnya dengan senyum. Untungnya, cegukanku tidak kurang dari dua menit. Nah bagaimana dengan kisah Naina Mathur yang cegukan seumur hidup?
Dari film ini, aku baru tau bahwa cegukan tanpa henti adalah penyakit Tourette Syndrome yang diakibatkan oleh saraf yang melonggar, untuk penjelasan ilmiahnya cari sendiri yah, hahaha.
Apa yang menarik dari film ini?
Tentu saja kisah Naina Mathur yang menjadi guru di kelas 9F. Naina Mathur hanya berkeinginan menjadi seorang guru. Meski ditolak berkali-kali, pada akhirnya Naina diberikan kesempatan mengajar di sekolah lamanya. Itupun karena sekolah tersebut sangat membutuhkan guru, dan paling mirisnya, Naina diberikan tugas mengajar di kelas yang citranya terkenal buruk di St. Norker’s. Nah kebayang gak mengajar 14 anak kelas 9 yang super duper nakalnya. Tapi apa reaksi Naina Mathur? She is excited!
Apa sih relasinya dengan kehidupan nyata penonton?
Bagiku, film Hichki memiliki pesan moral yang sangat penting. Bahwa menjadi seorang guru tidak hanya sekedar mengajar di mana hanya menyampaikan atau mentransformasikan ilmu ke murid, namun bagaimana membuat murid tersebut menjadi percaya diri, menerima hidupnya, dan memiliki harapan.
Di kehidupan nyata, ada beberapa sosok guru yang sering kita temui di sekolah. Guru yang hanya melaksanakan kewajibannya, guru yang memang melakukan tugasnya dan bertanggung jawab, atau guru yang tak memikirkan gaji dan menjadikan profesinya sebagai panggilan jiwa. Di film Hichki, ada dua sosok guru yang dapat dilihat dari dua tokoh. Pertama, sosok guru sejati diperankan oleh Naina Mathur dan sosok guru pada umumnya, diperankan oleh Pak Wadia.
Baca Juga: Review Film October
Naina Mathur mewakili sosok guru yang kadang dipandang sebelah mata profesinya, namun di sisi lain, sosok Naina sebagai guru secara tidak langsung menegaskan bahwa seperti inilah sosok guru: mengajar dengan penuh cinta dan kasih. Lain halnya dengan Pak Wadia, kerap kali kita melihat sosok guru tersebut di sekolah yang hanya melirik murid-murid cerdas dan mendiskriminasi siswa-siswa yang potensinya belum diketahui. Selalu mengedepankan orientasi intelektual dan ambisius tanpa memedulikan latar belakang murid-murid tersebut. Tapi, yang gak suka dengan sosok Pak Wadia, tenang aja, guru juga manusia kok, gak semuanya bisa seperti Naina Mathur, ending film Hichki sangat surprise, termasuk sosok Pak Wadia yang tadinya aku gak suka jadi suka deh, karena kuncinya cuma satu! ASAL SEMUA MAU MERENDAH DAN BELAJAR.
“Tidak ada murid yang buruk, yang ada hanya guru yang buruk”
Manteman, quotes di atas bikin aku nangis, huhuhu. Jadi keinget guru favorit saya waktu SMA dulu. Beliau ini boleh dikata Naina Mathurku. Kerap kali murid yang nakal dikucilkan bahkan mengeluarkannya di sekolah, padahal belum tentu murid tersebut sangat buruk. Guru favoritku waktu SMA, merangkul murid-murid yang dicap nakal di sekolah, but you can see, kebanyakan yang tadinya nakal berubah drastis. Hanya memerlukan metode pendekatan yang berbeda. Seperti halnya Naina Mathur, ia mampu mengajar dengan metode yang berbeda sesuai dengan potensi murid masing-masing.
Baca Juga: Antara Cinta dan Pengorbanan
By the way, film ini recomended buat kamu yang merindukan Rani Mukherji setelah doi beberapa tahun vakum dari layar kaca, ketahuan kan penggemar Kuch Kuch Hota Hai hihihi, tapi lebih dari itu, film ini patut dijadikan tontonan keluarga di akhir wekeend atau yang saat ini sedang berprofesi jadi guru dan lagi galau-galaunya menghadapi murid-murid di sekolah.
Manteman, udah dulu yah review ala-ala gue. Terima kasih yang udah singgah dan membacanya, share pendapatmu juga di kolom komentar yah 🙂
Thankyuuu…
I the efforts you have put in this, thanks for all the
great blog posts.
serius itu cegukan terus? ih keren banget. aku yang ga ada masalah apa apa gini jadi malu kalau gak produktif.. makasih rekomendasinya, jadi tertarik buat nonton nih
Serius mba, motivasi banget itu film
You now have the option for using a DVD to acquire a
guitar playing skills. Liverpool Theatre has some interesting shows, as do the Everyman and Playhouse.
Rather, it will concentrate on specific muscle groups the application of
for pitching and throwing.
India ni keren ya kalau bikin film bertema pendidikan. Dan cukup lumayan sering mereka bikin filn dengan tema itu. Yang ini aku belum pernah nonton Mbak. TFS ya. Masuk list buat nonton ah.
makasih reviewnya
Sedih nih filmnya. Pengen juga nonton di bioskop. Asyik kan nonton di bioskop jetimbang nonton di tv. Tp kan jarang ya film India diputar di bioskop. #ngarep
Kebayang deh betapa nggak enaknya cegukan, sakit banget itu.
Sebagai seorang guru, aku merasa ditampar oleh kutipan “tidak ada murid yang buruk, yang ada guru yang buruk” entah kenapa aku mau bilang setuju seribu persen dengan kutipan ini. Dan miris kalau ada rekan guru yang ogah-ogahan masuk kelas padahal digaji oleh negara dan sertifikasi pula. Semoga guru Indonesia belajar dari kisah di film ini ya mba.
Setiap anak memiliki kepribadian yang tidak sama, oleh karenanya pendekatannya pun pasti berbeda. Pengetahuan yang harus dimiliki oleh orang tua dan para guru.
Baru tau aku ada penyakit kayak gitu Mba. Huhuu, pasti capek banget yaa cegukan sepanjang hari. Tentang tidak ada murid yang buruk, yang ada hanya guru yang buruk, aku inget kejadian yang belum lama ini viral. Yang murid membully guru di kelas itu lho Mba. Dan memang akhirnya sang guru disarankan untuk bisa melakukan pendekatan berbeda ke muridnya. Dirangkul gitu ya Mba, seperti gurunya Mba Ainhy pas SMA.
Seorang guru kadang dihadapkan pada tantangan yaitu bagaimana bisa mengajar di kelas trouble. Tapi kalau dijalani dengan ikhlas dan teknik tertentu Insya Allah bisa diatasi
Jadi pengen nonton juga, ya walau aku buka giri, tapi tetep kan aku pengajar anak2ku 😀
Ibu Rani masih eksis ternyata ya main film hehe. Tapi udah beda banget auranya, udah keibuan banget, mungkin krn usia jg 😀
Kebayang gimana alm Bapak ngajar juga siswa yang spesial seperti digambarkan di atas. Semoga saja jadi amal jariyah bagi semua guru yang mengajar dengan baik.
Wah jadi penasaran sama endingnya. Cari ah filmnya. Aku suka tema pendidikan begini. Bisa ditonton bareng anak
Menarik ya ceritanya, Btw itu pemain wanitanya yang dewasa itu pemain yang di kuch kuch hota hei bukan sih kak? .
Sebagai penggemar film India maka aku pun wajib banget nonton film ini. Soalnya ada artis favoritku juga. Dan filmnya penuh pesan seputar dunia pendidikan. Reviewnya kakak juga keren. Nice review.
Sebagai penggemar film India maka aku pun wajib banget nonton film ini. Soalnya ada artis favoritku juga. Reviewnya kakak juga keren. Nice review.
Wah, jadi penasaran sama film ini. Kayak gimana tuh Naina engajar di kelas yang citranya terkenal buruk di St. Norker’s itu. Bakal seru deh. Nyari filmnya aah…
Oh, ini film India ya. Kupikir film western pas baca nama sekolahnya. Btw jadi penasaran dengan ceritanya. Cari aahh 😀
Kemarin sempat nonton bioskop, dan salah satu trailer yg tayang sebelum film utama, film India. Tapi pemainnya Shah Rukh Khan, judulnya lupa apa ya.
Film ini kayaknya bagus kalo baca review nya Ainhy
Rani artis kesukasn aku, mba kalo mau liat nonton film india yg sudah tidak ada di bioskop kita cari dimana ya, aku pengemar film india bgt
Baca postingan ini aku langsung screenshot poster bagian bawah soalnya jadi mau nonton. Lumayan bisa jadi pembelajaran bagi aku yang baru jadi guru
Kenapa ya film india yg bagus itu mesti aja pake sedih2? Aku baru tau itu film india pas liat poster paling bawahnya 😀
Seriously aku tertarik dengan membaca sinopsis dari mba, aku jadi ingin nonton film nya dan pengen tau ending nya gimana walau inj film bollywood, tapi ceritanya bagus, kukira hollywood loh tadi heheh
kudu nonton nih, keknya bagus ya mba…
Jadi penasaran endingnya gimana hihihi…
Waah ada Rani Mukherje. Film India ini banyak ya yang mengandung pesan moral yang bagus. Tapi yang ini aku belum tonton deh.
Hichki aku belum nonton, kalau Front of The Class sudah. Kayaknya perlu nyari nih, baca sinopsisnya seru
Duh aku terharu Mbak, baca reviewnya. Kehadiran guru yang baik memang punya tempat khusus di hati ya Mbak…. Empowering banget…. 🙂
Guru seperti Nania biasanya akan banyak disukai murid. Guru zaman sekarang juga harus lebih kreatif saat mengajar
Ya Allah kita cegukan sebntar aja kyknya tersiksa y mba.. kadang Allah mnurunkn kekurangan tapi pasti bnyk klebihan yg buat kita kagum dn kita jd bnyk bljar . mau nonton ah..
Bagus tawwa ide filmnya. Membuat orang belajar menghargai orang lain yang berbeda
Kalau guru ngajarnya enak, pelajaran jadi cepet masuk, muridnya keliatan pinter2, nah kalo guru killer, boro2 bisa menyerap ilmunya, bisa bertahan betah di kelas aja udah Alhamdulillah :))
Wah jadi penasaran dgn endingnya nih.. trims sudah berbagi cerita ttg film ini, Ainhy..
Oya waktu SMA ada guru kesayangan kami, yg sangat perhatian pada murid paling nakal,seperti dijadikan anak emasnya, dan murid itu memang berkembang pesat jadinya.. Duh jadi kangen dengan beliau
Wah jadi penasaran dgn endingnya nih.. trims sudah berbagi cerita ttg film ini, Ainhy..
Oya waktu SMA ada guru kesayangan kami, yg sangat perhatian pada murid paling nakal,seperti dijadikan anak emasnya, dan murid itu memang berkembang pesat jadinya..
Eh film India tuh banyak yang inspiratif lo. Aku baru aja donlot”menspad”
Menarik sekali ceritanya, jadi pengin nonton.
Kebayang cegukan terus2an pasti tersiksa banget, yang 5 menit aja udah kerasa nggak nyaman.
Ulasannya menark banget Aini, memang benar ya kadang murid itu tergantung gurunya, pas SD suka matematika karena gurunya ngajarnya ngerti, lalu SMP nggak suka karena gurunya galak nggak jelas hehehe
aku baru tau ada penyakit semacam itu jadi penasarna pengen nonton apalagi ada rani mukherji
Film yang menarik mba..dan sangat dekat dengan keseharian kita yang membutuhkan sosok guru yang bisa jadi panutan. sindrom Tourette ini benar-benar bias jadi nightmare ya untuk pengidapnya
Pembawaan sikap guru memang mempengaruhi murid sih kalau menurutku. Guru yang book minded dan catetan minded bakalan bikin bosen. Sebaliknya, guru yang lebih banyak menggunakan variasi saat mengajar, terlebih yang bisa memenangkan hati murid-muridnya, bakalan lebih mudah terserap pelajarannya.
Iya ya..udah lama banget ga pernah liat rani M main film..eh gue aja kali yang ga nyimak film2 bollywood
Hiks. Guru yang buruk??
Aku jadi inget waktu itu, guru malah ga karuan kelakuannya. Bagaimana anak anaknkalo gurunya begitu? Filmnya menginspirasi